BLOG IKI

BLOG KULAWARGA PUTRA-WAYAH SAKA SAWARGI MBAH MARWAH LAN MBAH BINEM NGARENGAN KIDUL, PLOSOREJO, KEDUNGGALAR, NGAWI, JAWA TIMUR.

Jumat, 09 Desember 2011

Sejarah Munculnya Nama/Istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah

Sengaja kami tidak mengatakan lahirnya Ahlus Sunnah wal Jamaah tetapi kami menyebutnya lahirnya penamaan Ahli Sunnah Wlajama’ah. Alasannya madzab ahli Sunnah itu merupakan jalan yg di tempuh Rasulullullah saw dan para sahabatnya. Mereka bukan pembuat bid’ah sehingga nama tersebut tidak dapat dinisbatakan kepada perseorangan atau kelompok. oleh krn itu tidak dapat di katakan “Mazhab Ahli Sunnah ini lahir pada tahun sekian.” Menurut Ibnu Taimiyah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah adl mazhab yg telah ada sejak dulu. Ia sudah di kenal sebelum Allah menciptakan Abu Hanifah Malik Syafi’i dan Ahmaf. Ahli Sunnah ialah madzab sahabat yg telah menerimanya dari Nabi mereka. Barang siapa menentang itu menurut pandangan Ahli Sunnah berarti ia pembuat bid’ah. Mereka telah sepakat bahwa ijma’ orang-orang sesudah sahabat. Awal terjadinya penamaan Ahlus Sunna wal Jama’ah adl ketika terjadinya perpecahan sebagaimana yg dikhabarkan Nabi saw. Karena sebelum terjadinya perpecahan tidak ada istilah-istilah itu sedikit pun baik istilah Ahlus Sunna wal Jama’ah Syi’ah Khawarij atau lainnya. Pada saat itu kaum muslimin seluruhnya berada di atas dien dan pemahaman yg satu yaitu Islam. “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” Cobaan itu muncul pada permulaan abad ketiga masa pemerintahan al-Ma’mun dan al-Mu’tashim kemudian al-Watsiq pada saat kaum Jahmiyah menafikkan sifat-sifat Allah dan menyerukan menusia agar mengikuti paham mereka. madzab ini di anut oleh tokoh-tokoh Rafidlah yg mendapat dukungan pihak penguasa. Terhadap penyimpangan tersebut Madzab Ahli Sunnah tentu menolak. oleh krn itu mereka sering mendapat ancaman ataupun siksaan. Adapula yg di bunuh ditakut-takuti ataupun dibujuk rayu. Namun dalam menghadapi situasi yg seperti ini Imam Ahmad tetap tabah dan tegar sehingga mereka memenjarakan beliau sekian beberapa waktu lamanya. kemudian mereka menantang mereka utk berdebat. dan terjadilah berdebatan yg amat panjang. Dalam perdebatan tersebut demikian menurut Imam Ahmad dibahas masalah-masalah mengenai sifat-sifat Allah dan yg berkaitan dengannya mengenai nash-nash dalil-dalil antara pihak yg membenarkan dan menolak. dgn adanya perbedaan pandangan itu akhirnya ummat terpecah belah menjadi berkelompok-kelompok. Imam Ahmad dan Imam-imam lainnya dari Ahli Sunnah serta Ahli Hadits sangat mengetahui kerusakan Madzab Rafidlah Khawarij Qodariyah Jahmiyah dan Murji’ah. Namun krn adanya cobaan maka timbullah perdebatan. Dan Allah mengangkat kedudukan Imam ini menjadi Imam Sunnah sekaligus sebagai tokohnya. Predikat itu memang layak di sandangnya krn beliau sangat gigih dalam menyebarkan menyatakan mengkaji nash-nash dan atsar-atsarnya serta menjelaskan segala rahasianya. Beliau tidak mengeluarkan statement-statemen baru apalagi pandangan bid’ah. Kegigihan beliau dalam memeperjuangkan Ahli Sunnah tidak dapat diragukan lagi sampai-sampai sebagai ulama di Maghrib mengatakan ‘Madzab itu milik Malik dan Syafi’i sedangkan kepopulerannya milik Ahmad. Maksudnya madzab para Imam Ushul itu merupakan satu madzab sperti apa yg dikatakannya’.” Imam Malik rahimahullah ketika ditanya tentang ahul sunnah beliau menjawab dgn mengatakan “Ahlus sunnah adl orang-orang yg tidak memiliki laqab yg mereka dikenal dengannya. Mereka bukanlah Jahmiyyun bukan Qadariyyun dan bukan pula Rafidiyyun .” Dari sini kita sepakat seperti apa yg telah dikatakan Dr. Mustafa Holmy “Ahlus Sunnah wal Jama’ah adl pelanjut pemahaman kaum muslimin pertama yg ditinggalkan oleh Rasulullah saw dalam keadaan beliau ridha terhadap mereka sedangkan kita tidak bisa membuat batasan permulaan yg kita bisa berhenti padanya sebagaimana yg dapat kita lakukan pada kelompok-kelompok yg lain. Tidak ada tempat bagi kita utk menanyakan tentang sejarah munculnya ahlus sunnah seperti halnya jika kita bertanya tentang sejarah munculnya kelompok-kelompok yg lain.” . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata di dalam kitabnya Minhaju As-Sunnah “Madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah adl madzhab yg terdahulu dan telah terkenal sebelum Allah menciptakan Imam Abu Hanifah Malik Syafi’i dan Ahmad. Ia adl madzhab para shahabat yg diterima dari Nabi mereka. Barangsiapa yg menyelisihi tersebut maka dia adl Ahlul Bid’ah menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa Ahli Sunnah Waljama’ah merupakan kelanjutan dari jalan hidup Rasulullah saw dan para sahabatnya. Kalaupun bangkit seorang Imam pada jaman bid’ah dan keterasingan Ahli Sunnah yg menyeru manusia kepada aqidah yg benar dan memerangi pendapat yg menentangnya maka ia tidaklah membawa sesuatu yg baru. Ia hanya memperbaharui madzzab ahli sunnah yg sudah usang dan menghidupkan ajaran yg sudah terkubur. Sebab aqidah dan sisitemnya bagaimanapun tidak pernah berubah. Dan jika pada suatu masa atau pada suatu tempat terjadi penisbatan madzab Ahli Sunnah terhadap seorang ulama atau mujaddin maka hal itu bukan krn ulama tersebut telah menciptakan atau mengada-ada. Hal itu pertimbanganya semata-mata krn ia selalu menyerukan manusia agar kembali kepada as-sunnah. Adapun mengenai awal penamaan Ahlus Sunnah wal Jamaah atau Ahli Hadits ialah ketika telah tejadi perpecahan munculnya berbagai golongan serta banyaknya bid’ah dan berbagai golongan serta banyaknya bid’ah dan penyimpangan. Pada saat itulah Ahli Sunnah menampakkan identitasnya yg brebeda dgn yg lain baik dalam aqidah maupun manhaj mereka. Namun pada hakikatnya mereka itu hanya merupakan proses kelanjutan dari apa yg di jalankan Rasulullah saw dan para shahabatnya. 

Sumber
    Manhaj dan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah Muhammad Abdul Hadi al-Mishri.
Majalah Salafy Edisi IX/Rabi’us Tsani/1/1996. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Jumat, 04 November 2011

PERTOLONGAN PERTAMA SAKIT KARENA KENA BENDA BERKARAT



Paku atau duri mudah sekali menusuk kaki orang2 yang terbiasa berjalan-jalan di jalan-jalan kampung. Tidak sedikit karena tertusuk duri atau paku berkarat berakibat sangat fatal, bahkan ada yang sampai meninggal setelah menderita sakit beberapa hari. Biasanya jenis duri atau paku atau benda lainnya yang mengenai tubuh manusia (ini yang berbahaya lho), mengakibatkan yang terkena meriang, demam tinggi dan kejang-kejang dan kalau sudah begini yaaaa sangat berbahaya.
Ada pengalaman kerabat sendiri meninggal dunia setelah kakinya kena paku, setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo kurang dari sepekan, meninggallah dia. Gejala sakitnya, ya seperti diceritakan tadi, siang kena paku sorenya meriang, esok harinya mulai panas, akhirnya gak sadarkan diri, kejang lalu meninggal.
Kata orang, paku atau logam yang berkarat sangat memungkinkan siapapun yang terkena akan sakit seperti tersebut di atas. Demikian juga halnya dengan duri, kayu atau yang lain yang sudah kotor (terendam dalam lumpur atau berbaur dengan sampah dsb). Juga ada cerita, ada seorang meninggal dunia setelah sepekan sebelumnya kakinya tertusuk bamboo, bekas tusuk sate, gejalanyapun ya seperti tadi.
Memang, tidak semua paku atau benda sejenis bisa mengakibatkan sakit atau bahkan sampai meninggal seperti tersebut di atas, namun untuk membedakan jenis yang berbahaya atau tidak ini yang teramat sulit. Maka tidak terlalu salahlah bila kita berhati-hati agar terhindar dari terkena benda-benda semacam itu. Namun, bila “terpaksa” harus kena, di bawah ini ada beberapa pengalaman yang mungkin ada manfaatnya untuk diketahui atau diterapkan sebagai langkah pertama bila terpaksa harus berurusan dengan benda-benda seperti itu.
1.       Pada tahun 1979, mBah Binem (mbok saya), pada saat itu akan belanja ke Pasar Kedunggalar untuk keperluan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Kondisi pasar tradisional pada jaman itu tidak seperti keadaan sekarang, lorong-lorongnya masih banyak yang becek dan berlumpur-lumpur. Ditambah pengunjung pasar pada waktu itu cukup ramai sehingga tidak jarang orang yang berjalan di lorong-lorong pasar sampai berdesak-desakan, dan tidak jarang ada yang sampai terpeleset jatuh terdorong orang lain, sehingga masuk ke dalam kubangan lumpur.

Demikianlah yang dialami mBah Binem, dia terdorong dan kakinya terpeleset masuk ke dalam lumpur. Tanpa diketahui, ternyata telapak kakinya tertusuk bekas ruji sepeda yang kotor dan berkarat, sehingga tembus sampai atas. Namun demikian, kecelakaan kecil itu segera teratasi dengan bantuan seseorang ruji berkarat itu dicabut dan lukanya dibebat dengan sobekan kain. Selesai.

Tetapi di sore harinya, yaitu sehabis minum berbuka puasa, mBah Binem merasakan badannya meriang dan kakinya mulai membengkak diapun tidak mau makan. Melihat hal seperti ini, mBah Marwah, (suami mbah Binem atau Bapak saya) jadi was-was. Dia teringat kejadian yang dialami putera keduanya yang meninggal dunia pada tahun 1977 (2 Mei 1977) di RSCM Jakarta akibat terkena paku. Namun beliau tidak lantas kehilangan akal, beliau ingat “resep” leluhur yang agak nyleneh, maka resep itu segera diterapkan.

Mula-mula beliau mengambil kawur (kapur bangunan) beberapa genggam ditaruh di dalam kuwali dan diberi air, juga di dalam kuwali itu ditaruh satu batu bata merah yang sudah dibersihkan, setelah kuwali itu ditaruh di atas tungku, mBah Binem disuruh memasukkan kakinya yang bengkak ke dalam kuwali dan menginjak batu bata tadi (direndam) dan disuruh diam (tidak boleh digerakkan). Lalu api mulai dihidupkan. Aneh!, kaki yang direbus di dalam kuwali itu tidak merasa panas atau sakit (kecuali kalau sekali-kali tanpa sengaja bergerak), walaupun air mulai mendidih. Setelah air mendidih, api dimatikan, setelah air mulai mendingin baru kaki mbah Binem diangkat. Luar Biasa, demamnya hilang dan kaki yang tadi membengkak sudah sembuh.

2.       Pada tahun 1981, Bulan dan tanggalnya lupa, hanya harinya saya ingat, yaitu hari Jum’at. Pada waktu itu, saya berjalan kaki menuju Masjid untuk Shalat Jum’at. Di tengah jalan, di tepi sungai, di bawah rumpun bambu, kaki saya tersangkut ranting lamtoro yang patah, sehingga kaki saya lecet sedikit. Dan itupun tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti, sehingga perjalanan ke Masjidpun tidak terganggu sama sekali.

Sore harinya, sehabis shalat Maghrib datanglah teman saya yang mengajak silaturrahim ke tempat saudara yang jaraknya lebih kurang setengah Kilometer dari rumah. Maka kamipun jalan kaki saja. Setelah berbincang agak lama, kamipun pulang. Di tengah jalan, kaki saya terasa kaku dan badan terasa meriang, panas dingin. Namun, sama sekali tidak saya rasakan, karena saya mengira itu adalah gejala flu biasa. Dan sesampainya di rumah sayapun segera menunaikan shalat Isyak. Tetapi baru saja shalat dapat dua rakaat, di rakaat ketiga saya tak mampu mengangkat badan untuk berdiri, sehingga sayapun menyelesaikan shalat hanya dengan duduk. Pada saat itu, badan rasanya sakit dan pegal-pegal luar biasa, lebih-lebih kaki yang tadi tersenggol ranting lam toro, dan tak lama kemudian rahang mulai sulit digerakkan.

Untunglah, pada saat itu Simbok saya (mBah Binem) mengetahuinya. Ketika saya ditanya sebab-sebabnya, saya hanya mampu member isyarat bahwa lecet di kaki saya teramat sakit. Maka Siembokpun segera bertindak, setelah kaki saya dibersihkan dengan air hangat, dia mengambil tangkai daun sirih yang agak besar, dipipihkannya bagian yang diujung. Lalu dicelupkan di minyak goring, setelah itu lalu dibakar di lampu senthir (ublik), ketika ujung gagang sirih mulai panas (minyaknya mendidih kan?) ditaruhnya barang panas itu ke luka lecet bekas sangkutan ranting lam-toro tadi. Berkali-kali hal itu dilakukan berulang-ulang. Dan berkat pertolongan Tuhan, rasa meriang dari sedikit mulai berkurang dan akhirnya hilang dan rahangpun kembali normal, pegal-pegal di badan juga hilang. Malam itu saya bisa tidur nyenyak. Pagi harinya kembali diulang, beberapa kali, sorenya juga. Maka Alhamdulillah sayapun sembuh.

Demikian pengalam hidup sederhana ini mungkin ada manfaatnya ditulis dan diceritakan di sini. Semoga.

Selasa, 27 September 2011

Harapan Kepada Pemuda - Muhammad Iqbal

Harapan Kepada Pemuda

Aku harapkan pemuda inilah yang akan sanggup
membangunkan zaman yang baru
memperbaru kekuatan iman
menjalankan pelita hidayat..

menyebarkan ajaran khatamul-anbiya’
menancapkan di tengah medan pokok ajaran Ibrahim
Api ini akan hidup kembali dan membakar...
jangan mengeluh jua , hai orang yang mengadu
Jangan putus asa , melihat lengang kebunmu
Cahaya pagi telah terhampar bersih
Dan kembang-kembang telah menyebar harum narwastu

Khilafatul-Ard akan diserahkan kembali ke tanganmu
Bersedialah dari sekarang
Tegaklah untuk menetapkan engkau ada
Denganmulah Nur Tauhid akan disempurnakan kembali
Engkaulah minyak atar itu , meskipun masih tersimpan dalam
kuntum yang akan mekar

Tegaklah, dan pikullah amanat ini atas pundakmu
Hembuslah panas nafasmu di atas kebun ini
Agar harum-harum narwastu meliputi segala
Dan janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak
hanya berbunyi ketika terhempas di pantai
Tetapi jadilah kamu air-bah , mengubah dunia dengan amalmu

Kipaskan sayap mu di seluruh ufuk
Sinarilah zaman dengan nur imanmu
Kirimkan cahaya dengan kuat yakinmu
Patrikan segala dengan nama Muhammad

Referensi:
* Puisi Muhammad Iqbal yang diterjemahkan secara bebas oleh M.Natsir

Senin, 26 September 2011

BERJANJENAN, DIBAKAN, SALAWATAN.

Muqaddimah
          Kitab Barzanji adalah kitab yang sangat popular di kalangan kaum Muslimin di Indonesia. Kitab ini merupakan bacaan wajib pada acara-acara Barzanji atau diba’ yang merupakan acara rutin bagi sebagian kaum muslimin di Indonesia.
          Kitab Barzanji ini terkandung di dalam kitab Majmu’atu Mawalid wa-Ad’iyyah yang merupakan kumpulan dari beberapa tulisan seperti: Qoshidah Burdah, Maulid Syarafil Anam, Maulid Barzanji, Aqidatul Awwam, Rotib al-Haddad, Maulid Diba’i, dan yang lainnya.
          Kitab yang popular ini di dalamnya banyak sekali penyelewengan-penyelewengan dari syari’at Islam bahkan berisi kesyirikan dan kekufuran yang wajib dijauhi oleh setiap Muslim. Karena itulah Insya Allah dalam pembahasan kali ini akan kami jelaskan kesesatan-kesesatan kitab ini dan kitab-kitab  yang menyertainya dalam kitab,  sebagai nasehat keagamaan bagi saudara-saudara kaum muslimin dan sekaligus sebagai jawaban kami atas permintaan sebagian pembaca yang menanyakan isi kitab ini. Dan sebagai catatan bahwa cetakan kitab yang kami jadikan acuan dalam pembahasan ini adalah cetakan PT. Al-Ma’arif Bandung.

Maulid Barzanji dan Kesesatan-Kesesatannya
          Maulid Barazanji  yang terkandung dalam kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah ini dalam halaman 72-147, di dalamnya terdapat banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam aqidah, seperti kalimat-kalimat yang ghuluw(melampaui batas syar’I) terhadap Nabi, kalimat-kalimat kekufuran, kesyirikan, serta hikayat-hikayat lemah dan dusta.
          Di antara kesesatan-kesesatan kitab ini adalah:
1.                   Mengamini Adanya “Nur Muhammad”
Penulis berkata dalam halaman 72-73:
وأصلى و أسلم على النور الموصوف بالتقدم و الأولية
Dan aku ucapkan selawat dan salam atas cahaya yang disifati dengan yang dahulu dan yang awal
Kami katakan: ini adalah aqidah Shufiyyah yang batil, orang-orang Shufiyyah beranggapan bahwa  semua yang ada di alam semesta ini diciptakan dari nur (cahaya) Muhammad kemudian bertebaran di alam semesta. Keyakinan ini merupakan ciri khas dari kelompok Shufiyyah, keyakinan mereka ini hampir-hampir selalu tercantum dalam kitab-kitab mereka.
          Ibnu Atho as-Sakandari berkata: “Seluruh nabi diciptakan dari Ar-Rohmah dan Nabi kita Muhammad adalah ‘Ainur Rahmah.” (Lathaiful Minan hal. 55)
          Merupakan hal yang diketahui setiap muslim bahwasanya Rasulullah adalah manusia biasa yang dimuliakan oleh Allah dengan risalah-Nya sebagaimana para rasul yang lainnya, Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا(110)
“Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kalian itu adalah Ilah Yang Esa”.” (QS. Al-Kahfi : 110)

  1. Membawakan Hikayat-HikayatDusta Seputar Kelahiran Nabi
Penulis berkata dalam halaman 77-79 dari kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah ini:
و نطقت بحمله كل دابة لقريش بفصاح الألسن العربية

و خرت الأسرة و الأصنام على الوجوه و الأفواه

و تباشرت وحوش المشارق و المغارب و دوابها البحرية
حضر أمه ليلة مولده  اسية و مريم في نسوة من الحظيرة القدسية
Dan memberitahukan tentang dikandungnya beliau setiap binatang ternak Quraisy dengan Bahasa Arab yang fasih!
Dan tersungkurlah tahta-tahta dan berhala-berhala atas wajah-wajah dan mulut-mulut mereka!
Dan saling memberi kabar gembira binatang-binatang liar di timur dan di barat beserta binatang-binatang lautan!
Saat malam kelahirannya  datang kepada ibunya Asiyah dan Maryam beserta para wanita dari surga!
Kami katakan: Kisah ini adalah kisah yang lemah dan dusta sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama hadits. (Lihat Siroh Nabawiyyah Shohiihah 1/97-100)

  1. Bertawassul denga Dzat Nabi
Penulis berkata pada halaman 106 dari kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah  ini:
و نتوسل إليك بشرف الذات المحمدية
و من هو آخر الأنبياء بصورته و أولهم بمعناه
وبآله كواكب أمن البرية

Dan kami bertawassul kepadaMu dengan kemuliaan dzat Muhammad

Dan yang dia adalah akhir para nabi secara gambaran dan yang paling awal secara makna
Dan dengan para keluarganya bintang-bintang keamanan manusia
Kami katakan: Tawassul dengan dzat Nabi  dan keluarganya serta orang-orang yang sudah mati adalah tawassul yang bid’ah dan dilarang. Tidak ada satupun doa-doa dari Kitab dan Sunnah yang terdapat di dalamnya tawassul dengan jah atau kehormatan atau hak atau kedudukan dari para makhluk. Banyak para imam  yang mengingkari tawasssul-tawassul bid’ah ini. al-Imam Abu Hanifah berkata: “Tidak selayaknya bagi seorang pun berdoa kepada Allah kecuali denganNya, aku membenci jika dikatakan: “Dengan ikatan-ikatan kemuliaan dari arsyMu, atau dengan hak makhlukMu.” Dan ini juga perkataan al-Imam Abu Yusuf. (Fatawa Hindiyyah 5/280)
          Syeikh al-Albani berkata: “ Yang kami yakin dan kami beragama kepada Allah dengannya bahwa tawassul-tawassul ini tidaklah diperbolehkan dan tidak disyari’atkan, karena tidak ada dalil yang bisa dijadikan hujjah padanya, tawassul-tawassul ini telah diingkari oleh para ulama ahli tahqiq dari masa ke masa.” (at-Tawassul anwa’uhu wa Ahkamuhu hal. 46-47)

  1. Menyatakan Bahwa Kedua Orang Tua Nabi Dihidupkan Lagi dan Masuk Islam
Penulis berkata dalam halaman 114:
وقد أصبحا والله من أهل الإيمان
و جاء لهذا في الحديث شواهد
فسلم فإن الله جل جلاله
قدير على الإحياء فى كل أحيان

Dan sesungguhnya keduanya (Abdullah dan Aminah) telah menjadi ahli iman

Dan telah datang hadits tentang ini dengan syawahidnya (penguat-penguatnya)

Maka terimalah karena sesungguhnya Allah mampu menghidupkan di setiap waktu


Kami katakan: Hadits tentang dihidupkannya kedua orang tua Nabi dan berimannya keduanya kepada Nabi adalah hadits yang dusta. Syaikh Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits ini tidak shohih menurut ahli hadits, bahkan mereka sepakat bahwa hadits itu adalah dusta dan diada-adakan…Hadits ini di samping palsu juga bertentangan dengan al-Qur’an, hadits shohih dan ijma.”(Majmu’ Fatawa 4/324)

  1. Berdoa dan Beristighotsah kepada Nabi
Penulis berkata dalam halaman 1114:
يا بشير يا نذير
فأغثني و أجرني يا مجير من السعير

يا ولي الحسنات يا رفيع الدرجات

كفر عني الذنوب و اغفر عني السيأت

Wahai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan

Tolonglah aku dan selamatkan aku, wahai penyelamat dari neraka Sa’ir
Wahai pemilik kebaikan-kebaikan dan pemilik derajat-derajat
Hapuskanlah dosa-dosa dariku dan ampunilah kesalahan-kesalahanku

Kami katakan: Ini adalah kesyirikan dan kekufuran yang nyata karena penulis berdoa kepada Nabi dan menjadikan Nabi sebagai penghapus dosa, dan penyelamat dari azab neraka, padahal Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا(20)قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا(21)قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا(22)
“Katakanlah: “Sesungguhnya Aku hanya menyembah Rabbku dan akau tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan suatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak pula suatu kemanfaatan.” Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya.” (QS. Al-Jin: 20-22)
          Syaikh Abdur Rohman bin Nashir as-Sa’di berkata: “Katakanlah kepada mereka wahai rosul sebagai penjelasan  dari hakikat dakwahmu: “Sesungguhnya Aku hanya menyembah Rabbku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya.” Yaitu aku mentauhidkan-Nya, Dialah Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku lepaskan semua yang selain Allah dari berhala dan tandingan-tandingan, dan semua sesembahan yang disembah oleh orang-orang musyrik selain-Nya. “Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan suatu kemudharatan pun kepadamu dan tidak pula suatu kemanfaatan.” Karena aku adalah seorang hamba yang tidak memiliki sama sekali perintah dan urusan. .” Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya.” Yaitu tidak ada seorang pun  yang dapat aku mintai perlindungan agar menyelamatkanku dari adzab Allah. Jika saja Rasulullah yang merupakan makhluk yang paling sempurna, tidak memiliki kemadhorotan dan kemanfaatan, dan tidak bisa menahan dirinya dari Allah sedikitpun, jika Dia menghendaki kejelekan padanya, maka yang selainnya dari makhluk lebih pantas untuk tidak bisa melakukan itu semua.” (Tafsir al-Karimir Rohman hal. 1522 cet. Dar Dzakhoir)
          Ayat-ayat di atas dengan jelas menunjukkan atas larangan berdo’a kepada Rasulullah dan bahwa Rasulullah tidak bisa menyelamatkan dirinya dari adzab Allah apalagi menyelamatkan yang lainnya !

Qoshidah Burdah Dan Kesesatan-Kesesatannya

          Qoshidah Burdah terkandung dalam kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah di dalam halaman 148-173. Qoshidah ini ditulis oleh Muhammad al-Bushiri seorang tokoh tarikat Syadziliyyah.
          Qoshidah Burdah adalah kumpulan bait-bait sya’ir yang di dalamnya terdapat banyak sekali kalimat-kalimat kesyirikan dan kekufuran yang nyata, di antara bait dari qoshidah tersebut adalah:
فإن من جودك الدنيا و ضرتها
ومن علومك علم اللوح والقلم

Maka sesungguhnya dunia dan akhirat adalah dari kemurahanmu wahai Nabi

Dan dari ilmumu ilmu lauh dan qolam (hal 172 dari kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah)

          Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin mengomentari perkataan Bushiri di atas dengan berkata: “Ini termasuk kesyirikan yang terbesar, karena menjadikan dunia dan akhirat berasal dari Nabi yang konsekwensinya bahwasanya Allah sama sekali tidak punya peran…” (Qaulul Mufid 1/218)

Maulid Syarofil-Anam dan Kesesatan-Kesesatannya

          Maulid Syarofil Anam terkandung dalam kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah  ini dalam halaman 217, dia juga merupakan kumpulan bait-bait sya’ir yang di dalamnya terdapat banyak sekali kalimat-kalimat yang ghuluw terhadap Nabi, di antara contoh-contoh kalimat tersebut adalah:
السلام عليك          يا ماحي الذنوب
السلام عليك          يا جالي الكروب

Keselamatan semoga terlimpah atas mu wahai penghapus dosa

Keselamatan semoga terlimpah atasmu wahai penghilang duka-duka  (kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah hal. 3 dan 4)

يا رسول الله يا خير كل الأنبياء
نجنا من هاوية يا زكي المنصب

Wahai Rasulullah wahai yang terbaik dari semua Nabi

Selamatkanlah kami dari neraka Hawiyah wahai pemilik jabatan yang suci (hal. 8 dari kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah)

Kami katakan: Ini adalah kesyirikan dan kekufuran yang nyata karena penulis berdoa kepada Nabi dan menjadikan Nabi sebagai penghapus dosa, penghilang kedukaan, dan penyelamat dari azab neraka, padahal Nabi tidak kuasa mendatangkan suatu  kemudhorotan pun dan tidak pula suatu kemanfaatan kepada siapa pun, tiada seorang pun dapat melindunginya dari azab Allah dan tidak akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya, sebagaimana dalam ayat 20-22 dari Surat al-Jin di atas.
Kemudian di dalam kitab Maulid Syarofil Anam juga terkandung banyak kisah-kisah yang lemah dan dusta  sebagaimana dalam kitab Barzanji di atas, seperti kisah bahwasanya ibunda Rasulullah ketika mengandung beliau tidak merasa berat sama sekali, Rasulullah dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan, bercelak, berhala-berhala jatuh tersungkur, bergoncanglah singgasana Kisro, dan matilah api orang-orang Majusi (kitab Majmu’atu Mawalid wa Ad’iyyah hal. 10-12). Kisah-kisah ini adalah kisah-kisah yang lemah dan dusta sebagaimana dijelaskan oleh para ulama hadits (Lihat Siroh Nabawiyah Sohihah 1/97-100).
(Dipetik dari tulisan Abu Ahmad As-Salafi, Majalah Al-Fuqon, Gresik, edisi 09 tahun VI/ Robi’uts Tsani 1428 /Mei 2007, halaman 41-44).
 
sumber :
http://nahimunkar.com/kesesatan-kitab-barzanji-qashidah-burdah-dan-maulid-syarafil-anam/

Minggu, 18 September 2011

Ramalan Leonardo Da Vinci - Tentang Kiamat Terjadi 1-11-4006




Leonardo Da Vinci tak hanya seniman berbakat dan ilmuwan yang jenius. Dia juga seorang peramal.

Leonardo Da Vinci bahkan meramalkan akhir dunia. Menurut Da Vinci, pada 21 Maret 4006, Bumi akan dilanda banjir bah. Bencana mahadahsyat itu akan berujung pada kiamat pada 1 November 4006.

Prediksi Da Vinci ditemukan oleh peneliti Vatikan, Sabrina Sforza Galitzia yang bekerja di bagian arsip Vatikan. Galitzia menduga, sang jenius asal Italia itu menyisipkan prediksinya dalam bentuk kode.

Kode-kode kiamat itu disisipkan dalam lukisan mahakarya Da Vinci, "The Last Supper' atau 'Perjamuan terakhir'. Kata Galitzia, lukisan itu mengandung puzel astrologi dan matematika.

Galitzia yang pernah meneliti manuskrip Da Vinci di Universitas California mengatakan, bentuk setengah lingkaran di atas lukisan Yesus dan para muridnya saat perjamuan terakhir sebelum peristiwa penyaliban, mengandung kode-kode tersembunyi. Setengah lingkaran yang dimaksud berada di tengah

"Di sana ada 'Da Vinci code', kode Da Vinci -- bukan hanya kode yang dipecahkan Dan Brown," kata Galitzia seperti dimuat laman New Kerala.

Kode Da Vinci tentang kiamat memakai simbol zodiak dan menggunakan 24 huruf latin -- pengganti simbol 24 jam dalam waktu satu hari.
Namun, tak dijelaskan bagaimana simbol-simbol dalam lukisan tersebut bisa dibaca sebagai sebuah prediksi tentang kiamat.

Kebiasaan Da Vinci menyelipkan kode atau pesan dalam lukisannya diakui Galitzia sebagai tuntutan zaman. Da Vinci yang ilmuwan hidup di masa-masa sulit, dia harus lincah menghindar dari tudingan bidah oleh gereja.

Mahakarya Da Vinci, 'The Last Supper' berukuran 460 cm x 880 cm, menutupi seluruh bagian dinding di Biara Santa Maria delle Grazie di Milan. Da Vinci memulai proyek lukisannya pada 1495, dan menyelesaikannya pada 1498.

Kode dalam lukisan yang sama sebelumnya diungkap Dan Brow dalam 'The Da Vinci Code' tahun 2003. Teori Dan Brown menghebohkan publik.
Dalam bukunya, Dan Brown mengatakan sosok yang duduk di sebelah kanan Yesus bukan Yohanes- seperti anggapan publik.
Sosok yang memakai selendang senada baju Yesus adalah Maria Magdalena -- istri Yesus yang mengandung anak Sang Mesiah saat peristiwa penyaliban. Dalil Dan Brown mendapat bantahan dari gereja.

sumber:http://terselubung.blogspot.com/ 

Jumat, 02 September 2011

MENGHAFALKAN AL-QUR'AN?


Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim
http://al-atsariyyah.com/cara-termudah-menghafal-al-quran-al-karim.html

Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.
JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA?
Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas.
BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.
Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.
Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS?
Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.
Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh.
APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:

نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ

“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Maksudnya:
-Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
-Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
-Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
-Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
-Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
-Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
-Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”
فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
- Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
- Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah.
- Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
- Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
- Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`.
- Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat.
- Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.
Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya.
BEBERAPA KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:
1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah.
2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.
3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.
5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang.
[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]
Komentarku ( Mahrus ali )
Ada metode lagi agar hapalan al quran kokoh tertanam dalam hati sanubari  dan pikiran anda , tidak mudah lenyap atau sulit di ingat.Gunakanlah , jangan  sia –siakan waktu malam untuk salat bukan untuk nonton jaringan setan yaitu sepak bola atau sekedar ngobrol sama teman atau berdiam diri untuk  semedi. Jangan tidur melulu tapi bangkitlah untuk mengambil air wudhu dan usahakan tempat salatmu dari tanah agar kamu bisa mencium ke tanah  bukan ke sajadah atau tikar ketika sujud. Ingatlah firmanNya :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلاً طَوِيلاً
Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.

Ketika tahajjud bukan di luarnya  bacalah surat atau ayat – ayat yang telah anda baca dan hapal , jangan dibiasakan membaca surat – surat pendek , tapi jadikan kebiasaan baca surat – surat panjang  dan tiap hari tambahlah , jangan di kurangi hapalanmu terhadap ayat – ayat Allah bukan menghapal nama – nama  artis atau figur  - figur jaringan setan. Biasanya bacaan yang di gunakan  dalam salat tahajjud bukan  baca waktu siang di luar salat - akan tertanam  di lubuk hati yang dalam dan bisa di ingat  kembali – tidak cepat lenyap dan sulit mengingatnya.
Ingatlah firman Allah dan lupakan ayat – ayat setan sbb :
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلاً
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
  Usahakan dalam salat wajib atau sunnah dengan membaca surat – surat yang telah kamu hapal , jangan kamu tidak melakukan salat wajib atau  sunat lalu hanya ingin  hapal UU Thaghut  atau nama – nama  figur setan manusia.
    Olahraga pernafasan juga membantu daya ingat dan mencerdaskan. Bila napasmu pendek apalagi kamu berat dalam berbicara , maka  sudah tentu kamu akan sulit bisa hapal al quran dengan lancar. Boleh kamu ikuti tata cara pernapasan  Yoga atau kamu meloncat – loncat pakai tali sepuluh menit waktu pagi dan sepuluh menit waktu sore.
   Bila kamu sulit untuk mengingat ayat , maka daya ingatanmu kurang , artinya aliran darah ke otak berkurang , dan peredaran darahmu kurang lancar , maka usahakan kamu nelakukan membalik tubuh , ya`ni taruhlah kepalamu di bawah dan kakimu di atas sepuluh menit  waktu pagi dan malamnya juga lakukan  seperti itu sepuluh menit . Jalankan dengan rutin tanpa malas , jangan sering libur dan malas.
    Bisa juga kamu terlalu banyak melakukan kemaksiatan , hindarilah maksiat kamu akan mudah mendapat ilmu yang benar bukan ilmu yang tampaknya benar tapi menyesatkan  dan mudah menghapal ayat Allah bukan ayat setan . Bila kamu beromocorah , banyak kemungkaran yang kamu jalan kan , maka sudah tentu kamu hanya dapat ilmu yang menyesatkan dan sulit mengingat hapalan ayat al quran  ,mudah menghapal kemungkaran  dan kejelekan.
Sebetulnya  masih banyak  kiat agar kuat menghapal al quran dan kokoh atau  sulit lenyap hapalanmu . Tapi saya  cukupi sekian dulu .
Saya akan mengkaji hadis dalam artikel tadi  sbb :
 Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:

نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ

“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Ia juga di riwayat kan oleh
Abu Dawud 1392 ,Ibnu Majah 1345
Komentarku ( Mahrus ali )

Sanadnya menurut Ahmad  sbb :
قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّائِفِيُّ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَوْسٍ الثَّقَفِيِّ عَنْ جَدِّهِ أَوْسِ بْنِ حُذَيْفَةَ

Bercerita kepada kami  Abdul Rahman bin Mahdi lalu mengatakan , Bercerita kepada kami  Abdullah bin Abdul Rahman Al-tha`ifi dari  Usman Bin Abdullah bin Aus Tsaqafi dari kakeknya Aus bin Hudzaifah.

Ada perawi cacat yaitu :
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّائِفِيُّ
Abdullah bin Abdul Rahman Al-tha`ifi
Identitasnya :


عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ عَبْدِ الْرَّحْمَنِ بْنِ يَعْلَى بْنِ كَعْبٍ الْطَّائِفِىِّ ، أَبُوْ يَعْلَى الْثَّقَفِىُّ
الْطَّبَقَةُ : 7 : مِنْ كِبَارَ أَتْبَاعِ الْتَّابِعِيْنَ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرَ : صَدُوْقٌ يُخْطِىِءُ وَ يَهِمُ
مَرْتَبَتُهُ عِنْدَ الْذَّهَبِـيِ : قَالَ أَبُوْ حَاتِمٍ : لَيْسَ بِقَوِىٍّ
Abdullah bin Abdul Rahman bin Ka'b bin Ya`la at thoifi , Abu Ya`la  Tsaqafi
Rank : 7:  termasuk  pengikut tabiin yang  senior
Peringkat menurut Ibnu Hajar:  Jujur , keliru dalam menghapal dan ngelantur .
Peringkat menurut dzahabi : Kata Abu Hatim:  Dia tidak kuat hapalannya. [1]

Muhammad Fadhil bin Bilal al Ghozal menyatakan dalam
 http://www.akssa.org/vb/showthread.php?t=971
اسْنَادُهُ حَسَنٌ
وَقَالَ أَحْمَدُ شَاكِر فِيْمَا نَقَلَهُ فِيْ –تَهْذِيْبِ الْسُّنَنِ -(2/113) عَنْ ابْنِ عَبْدِ الْبَرِّ:أَنَّ ابْنَ مَعِيْنٍ قَالَ : حَدِيْثُهُ عَنِ الْنَّبِيّ - صَلَّى الْلَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِيْ تَحْزِيبِ الْقُرْآَنِ لَيْسَ بِالْقَائِمِ. وَضَعَّـفَهُ الْأَلْبَانِيُّ فِيْ دِفَاعٍ عَنِ الْحَدِيْثِ ، كَمَا فِيْ ضَعِيْفِ ابْنِ مَاجَهْ (283). لَكِنْ حَسَّنَهُ الْحَافِظُ الْعِرَاقِيُّ فِيْ تَخْرِيْجِ الْإِحْيَاءِ (1/276) وَالْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ كَمَا فِي الْفُتُوحَاتِ لِابْنِ عَلاَّنَ (3/229). وَأَوْرَدَهُ الْحَافِظُ ابْنُ كَثِيْرٍ فِيْ تَفْسِيْرِهِ مُحْتَجَّا بِهِ عَلَى أَنَّ الْمُفَصَّلَ يَبْتَدِئُ مِنْ سُوْرَةِ (قَ). وَاحْتَجَّ بِهِ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّه فِيْ حَدِيْثِهِ عَنْ الْتَّحْزِيبِ بِالسُّوَرِ.
Sanadnya  Hasan
Ahmad Syakir berkata sebagaimana  di kutip  di Tahdzibis  Sunan - (2 / 113) dari Ibnu 'Abd al-Barr: Bahwa Ibnu Ma`in berkata , Hadisnya dari  Nabi - saw tentang pengelompokan Quran bukan hadis yang sahih ( lemah )  . Dan Al bani juga melemahkan  dalam kitab Difa` anil hadis seperti dalam kitab  dhoif ibnu Majah  (283). Tapi al Iraki menyatakan  sebagai hadis hasan dalam  kitab Takhrij ihya` (1 / 276) dan Al-Hafiz Ibnu Hajar juga dalam al futuhat  karya Ibn Allan (3 / 229). Dan  Al  Hafiz Ibnu Katsir juga mencantumkan  hadis tsb  dalam  kitab tafsirnya  dengan menyatakan bahwa Al mufasshol  dimulai dari Surat ( Qaf ).  Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah juga berpegangan kepadanya dalam ceramahnya tentang  pengelompokan surat al quran .
Komentarku ( Mahrus ali )
Muhammad Fadhil bin Bilal al Ghozal menyatakan :

Tapi al Iraki menyatakan  sebagai hadis hasan dalam  kitab Takhrij ihya` (1 / 276)
Komentarku ( Mahrus ali )
 Sekalipun di hasan kan oleh Al Iraki , namun masih tetap melalui jalur perawi Abdullah bin Abd rahman yang lemah itu . Di buat hujjah oleh Ibnu Taimiyah tidak ber arti  hadis lemah itu menjadi sahih atau perawi yang jelas sering keliru menjadi perawi yang di percaya.  Hadis itu tidak dikenal di kalangan sahabat , lihat pernyataan Abul mu`athi  sbb :
المسند الجامع - (ج 3 / ص 170)
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ 4/9(16266) وَ4/343(19230) قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْرَّحْمَانِ بْنُ مَهْدِيٍّ. وَ"أَبُوْ دَاوُدَ" 1393 قَالَ : حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، أَخْبَرَنَا قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ (حَ) وَحَدَّثَنَا عَبْدُ الْلَّهِ بْنُ سَعِيْدٍ ، أَخْبَرَنَا أَبُوْ خَالِدٍ. وَ"ابْنُ مَاجَةَ" 1345 قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا أَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرِ.
ثَلَاثَتُهُمْ (ابْنُ مَهْدِيٍّ ، وَقُرَّانُ ، وَأَبُوْ خَالِدٍ) عَنْ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ عَبْدِ الْرَّحْمَانِ بْنِ يَعْلَى الْطَّائِفِيُّ ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْلَّهِ بْنِ أَوْسٍ ، فَذَكَرَهُ.
Diriwayatkan oleh Ahmad, 4 / 9 (16 266) dan 4 / 343 (19 230) lalu berkata: Bercerita  kepada kami Abdul Rahman bin Mahdi. Dan "Abu Dawud" 1393 berkata: Bercerita kepada  kami Musaddad , Bercerita kepada  kami Qurran  Bin Tamam (Pindah sanad ) Bercerita kepada kami  Abdullah Bin Said, lalu mengatakan bercrita kepada kami  Abu Khaled. Dan "Ibnu Majah," berkata 1345: Bercerita kepada kami  Abu Bakar bin Abi Shaybah, Abu Khalid al ahmar bercerita kepada kami .
Ketiga dari mereka (Ibn Mahdi, dan Quran, dan Abu Khalid)  dari Abdullah bin Abdul Rahman bin Ya`la al tha`ifi ,  dari  Utsman bin Abdullah bin Aus, lalu dia menyebutkan…………………. hadis itu.

Komentarku ( Mahrus ali )
Lihat , ternyata hadis tsb hanya dari satu jalur perawi yaitu Abdullah bin Abd rahman yang lemah itu  bukan perawi terpercaya  . Bila ada orang yang mensahihkan atau menghasankan tiada  gunanya . Ada gunanya bagi orang yang tidak mengerti . Pada  hakikatnya  juga dari jalur Abdullah bin Abd rahman yang lemah , tiada jalur lain yang mendukungnya baik sahih atau lemah . Dan Usman bin Abdullah sendiri – gurunya  , juga  masih di perselisihkan kwalitasnya  dalam hapalan .Karena itu , Imam Dzahabti  no comment . 

Sabtu, 27 Agustus 2011

mengapa Muhammadiyah menggunakan metode hisab


Salah satu saat Muhammadiyah ‘naik’ di media massa adalah ketika menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Pasalnya, Muhammadiyah yang memakai metode hisab terkenal selalu mendahului pemerintah yang memakai metode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah. Hal ini menyebabkan ada kemungkinan 1 Ramadhan dan 1 Syawal versi Muhammadiyah berbeda dengan pemerintah. Dan hal ini pula yang menyebabkan Muhammadiyah banyak menerima kritik, mulai dari tidak patuh pada pemerintah, tidak menjaga ukhuwah Islamiyah, hingga tidak mengikuti Rasullullah Saw yang jelas memakai rukyat al-hilal. Bahkan dari dalam kalangan Muhammadiyah sendiri ada yang belum bisa menerima penggunaan metode hisab ini.
 
Umumnya, mereka yang tidak dapat menerima hisab karena berpegang pada salah satu hadits yaitu “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan bebukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban tigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut (dan juga contoh Rasulullah Saw) sangat jelas memerintahkan penggunaan rukyat, hal itulah yang mendasari adanya pandangan bahwa metode hisab adalah suatu bid’ah yang tidak punya referensi pada Rasulullah Saw. Lalu, mengapa Muhammadiyah bersikukuh memakai metode hisab? Berikut adalah alasan-alasan yang  diringkaskan dari makalah Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. yang disampaikan dalam pengajian Ramadhan 1431.H PP Muhammadiyah di Kampus Terpadu UMY.
 
Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk. Sedangkan argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan rukyat, adalah sebagai berikut.
 
Pertama, semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan” (QS 55:5). Ayat ini bukan sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa kegunaannya untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
 
Kedua, jika spirit Qur’an adalah hisab mengapa Rasulullah Saw menggunakan rukyat? Menurut Rasyid Ridha dan Mustafa AzZarqa, perintah melakukan rukyat adalah perintah ber-ilat (beralasan). Ilat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi, tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim,“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yakni kadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari”. Dalam kaidah fiqhiyah, hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat. Jika ada ilat, yaitu kondisi ummi sehingga tidak ada yang dapat melakukan hisab, maka berlaku perintah rukyat. Sedangkan jika ilat tidak ada (sudah ada ahli hisab), maka perintah rukyat tidak berlaku lagi. Yusuf Al Qaradawi menyebut bahwa rukyat bukan tujuan pada dirinya, melainkan hanyalah sarana. Muhammad Syakir, ahli hadits dari Mesir yang oleh Al Qaradawi disebut seorang salafi murni, menegaskan bahwa menggunakan hisab untuk menentukan bulan Qamariah adalah wajib dalam semua keadaan, kecuali di tempat di mana tidak ada orang mengetahui hisab.
 
Ketiga, dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat tidak dapat meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa diketahui pada H-1. Dr.Nidhal Guessoum menyebut suatu ironi besar bahwa umat Islam hingga kini tidak mempunyai sistem penanggalan terpadu yang jelas. Padahal 6000 tahun lampau di kalangan bangsa Sumeria telah terdapat suatu sistem kalender yang terstruktur dengan baik.
 
Keempat, rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya, rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qamariah, termasuk bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak mengcover seluruh muka bumi. Pada hari yang sama ada muka bumi yang dapat merukyat tetapi ada muka bumi lain yang tidak dapat merukyat.  Kawasan bumi di atas lintang utara 60 derajad dan di bawah lintang selatan 60 derajad adalah kawasan tidak normal, di mana tidak dapat melihat hilal untuk beberapa waktu lamanya atau terlambat dapat melihatnya, yaitu ketika bulan telah besar. Apalagi kawasan lingkaran artik dan lingkaran antartika yang siang pada musim panas melabihi 24jam dan malam pada musim dingin melebihi 24 jam.
 
Kelima, jangkauan rukyat terbatas, dimana hanya bisa diberlakukan ke arah timur sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu rukyat di kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam. Akibatnya, rukyat fisik tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di seluruh dunia karena keterbatasan jangkauannya. Memang, ulama zaman tengah menyatakan bahwa apabila terjadi rukyat di suatu tempat maka rukyat itu berlaku untuk seluruh muka bumi. Namun, jelas pandangan ini bertentangan dengan fakta astronomis, di zaman sekarang saat ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat jelas pendapat semacam ini tidak dapat dipertahankan.
 
Keenam, rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa terjadi di Makkah belum terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat tetapi di kawasan sebelah timur belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah. Masalahnya, hal ini dapat menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau kawasan barat itu menunda masuk bulan Zulhijah demi menunggu Makkah padahal hilal sudah terpampang di ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau balau.
 
Argumen-argumen di atas menunjukkan bahwa rukyat tidak dapat memberikan suatu penandaan waktu yang pasti dan komprehensif. Dan karena itu tidak dapat menata waktu pelaksanaan ibadah umat Islam secara selaras diseluruh dunia. Itulah mengapa dalam upaya melakukan pengorganisasian system waktu Islam di dunia internasional sekarang muncul seruan agar kita menggunakan hisab dan tidak lagi menggunakan rukyat. Temu pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalender Islam (Ijtima’ al Khubara’ as Sani li Dirasat Wad at Taqwimal Islami) tahun 2008 di Maroko dalam kesimpulan dan rekomendasi (at Taqrir al Khittami wa at Tausyiyah) menyebutkan: “Masalah penggunaan hisab: para peserta telah menyepakati bahwa pemecahan problematika penetapan bulan Qamariahdi kalangan umat Islam tidak mungkin dilakukan kecuali berdasarkan penerimaan terhadap hisab dalam menetapkan awal bulan Qamariah, seperti halnya penggunaan hisab untuk menentukan waktu-waktu shalat”.
(Disalin sesuai dengan aslinya oleh PD IPM Kabupaten Magelang dari: http://immugm.web.id ).